Jumat, 28 Desember 2012

Tujuan

Di tengah-tengah ngoreksi tugas temen, tiba-tiba aku pengen nulis sesuatu.

Sore tadi, di mobil aku dengrin salah satu chanel radio, berhubung lagi pakai mobil Abah, pasti yang terputar adalah radio Suara Surabaya, dan sialnya lagi tombol buat ganti frekuensinya macet dan nggak ada CD di dalam mobil, ahirnya aku dengerin radio itu selama perjalanan, lumayan juga jadi tau daerah mana aja yang macet, terus ada sebuah sesi dimana pimpinan perusahaan apa gitu lupa, menyampaikan tentang motivasi dalam bekerja, ada kata-katanya yang buat aku berfikir keras "Tujuan itu tidak akan berhenti, saat mencapai tujuan tidak lantas berhenti, akan ada tujuan lain yang akan terbentuk" em, lansung deh kata-kata itu terngingan-ngiang di kepalaku.

Layaknya kehidupan adalah bus, dan halte adalah tujuan, karena masih ada tujuan-tujuan lain setelah halte demi halte terlewati, dan bus akan berhenti saat dia berhenti di pangkalannya dan sudah melakukan semua tugasnya. Tujuan behenti saat kita kembali kepada Tuhan, yang artinya mati.

Entahlah, pengerjaan skripsi ini bayak nilai yang aku dapatkan, salah satuya membetuk sebuah tujuan. Sebuah tujuan tidak akan berjalan tanpa adanya prioritas, tujuan dan prioritas akan selalu jalan beriringan.

Selasa, 25 Desember 2012

Sudut Pandang itu Segalanya

Hai..
Beda dari biasanya, biasanya sih aku nulis kalau lagi liburan, kali ini enggak, aku nulis dikala aku dikejar deadline skripsi, oke well nggak kerasa banget udah semester akhir dan harus telat 1 semester karena kebodohan diawal kuliah yang malesnya nggak ketulungan. Dan akhirnya, sampai juga di tahap paling tinggi seorang mahasiswa, yaitu mengerjakan skripsi, kalau menurut teorinya Masllow mahasiswa yang ngerjain skrpsi itu pada tahap aktualisasi diri kali ya.. hahahaa

Selama aku ngerjain skripsi, ini banyak pelajaran hidup yang aku dapetin, nggak sekedar duduk di depan laptop dan mengerjakan semuanya. Aku ambil judul skripsi yang sedikit ekstrim, Penerimaan Diri (Self Acceptance) Pada Narapidana Wanita, dari judulnya ketauan dong, siapa subjek penelitainku, dan yap benar adalah narapidana yang akan menjadi subjek penelitianku, alasannya simple sih, aku cuma pengen aku punya cerita ke anak-anakku "mama dulu, pas skripsi subjek penelitiannya mama narapidana loh" itu mungkin nggak masuk akal, tapi itu memang yang ada di pikiranku

Hampair tiap hari aku selalu keluar masuk Lapas, wawancara dengan narapidana, medengar mereka bercerita, mengusap air mata mereka dikala mereka menangis, atau menahan jengkel karena ada subjek penelitianku yang menurutku dia terlalu endel hahaha. Hampir 2 bulan tiap hari senin sampe kamis jam 13.30-15.30 aku duduk manis mendengarkan narapidana bercerita, kadang kami juga bercanda, semuanya menyenangkan, sangat menyenangkan, aku bisa menikmati setiap perjalananku mengambil data di dalam Lapas, banyak sekali pengalaman hidup yang mereka bagikan kepadaku, banyak sekali kejadian yang membuat aku tersadar, betapa kejam dunia ini, dan aku masih berada di dalam sangkar emas kedua orang tuaku. 

Salah satu subjek yang memberiku banyak nilai hidup adalah subjek ke-5ku seorang ibu dengan 2 anak, dia tekena vonis selama 5 tahun penjara dengan kasus penyalahgunaan jabatan, subjek 5ku menggelapkan sejumlah uang perusahaan digunakan untuk kepentingan pribadinya, awalnya pikiranku langsung mengarah ke negatif "dih pasti uangnya buat seneng-seneng" setelah wawancara lebih lanjut, subjek mulai bercerita tentang kasus yang sedang menimpanya, pada suatu pertanyaan "Ibu, saat ibu di sini, bagaimana ibu menjelaskan kepada anak ibu nanti?" saat itu subjek memandangku lekat-lekat, matanya mulai berkaca-kaca lalu dia menjawab "saya pasti menceritakan semua ini kepada anak saya, saya akan cerita 'Mama di sini, karena mama mau kamu tetap hidup nak' " ternyata subjek sengaja menggelapkan uang perusaan karena saat itu subjek sedang mengandung anak pertamanya, dan ternyata terdapat kelainan saat bayi tersebut di dalam perut. 

Kata-kata yang diucapkan subjek bagai sabun yang benar-benar mencuci isi pikiran di kepalaku, bahwa sebuah kesalahan itu adalah sebuah sudut pandang, subjekku memang salah di mata hukum, tapi dia adalah seorang pahlawan di mata anak-anaknya.