Rabu, 09 Februari 2011

Curhat Itu Sungguh Tidak Mengenal Orang dan Tempat

Mungkin pada tau ya apa arti simbiosi mutualisme, yakni hubungan antar makhluk yang saling menguntungkan. Misal kalau binatang, seperti kerbau yang merasa beruntung kutu-kutu yang ada di badannya dimakan oleh burung pemakan kutu, dan burung pemakan kutu juga berutung dapat memakan kutu yang ada di badan kerbau, kira-kira itulah conoh hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Tidak hanya dalam dunia perhewanan hal itu berlaku, mukin saat kamu mempelajari hal tersebut khusus untuk hubungan hewan, tapi nggak harus hanya hewan juga, bahkan tumbuhanpun mengenal sisten simbiosis mutualisme tersebut. Dan hal ini harusnya berlaku juga terhadap hubungan antarmanusia. Dimana harusnya saat menjalin suatu hubungan dengan orang lain hendaknya saling menguntungkan, bukan hanya mencari untung. Aku termasuk orang yang baik hati, polos, pandai mengendarai motor, dan sedikit pintar (itu menurut ukuranku sendiri), yang selalu berbuat baik kepada semua orang yang aku kenal, kalaupun harus berbuat jahat, sungguh aku ingin menangis, seakan ada pertentangan dalam batin ini (HAH! ini berlebihan), sehingga hal itu membuatku selalu "welcome" (selamat datang?) kepada orang di sekitarku, berharap dengan aku baik dengan orang maka kebaikan juga yang akan aku dapatkan dari orang-orang itu, semacam aku yang menanam maka aku juga yang akan memuainya. Hal itu yang terkdang membuat orang dengan mudah bercerita apapun, namun sayangnya aku selalu menemui orang-orang seperti itu di tempat-tempat yang tidak terduga.

Kisah Penjaga Gerai Quickly

Tau kan minuman yang meng-Asia ini?  Minuman asal negara Taiwan yang pasti ada di seluruh Mall yang ada di Indonesia dan mudah ditemui, dan aku termasuk salah satu pelanggan setianya. Pada suatu hari aku harus menunggu saah satu temanku di sebuah Mall di Surabaya, kami janjian nonton, tapi kami langusng ketemuan di Mallnya saja, dan kebetulan aku yang datang duluan, setelah membeli tiket aku berjalan-jalan di sekitar XII, dan menemukan gerai Quickly, langsung aku mampir dan membeli variant "apple green". Karena Mall tersebut hitungannya Mall baru, jadi pengunjungnya nggak teralu banyak, dan gerai Quicky-nya menyediakan beberapa kursi di depan gerainya. Pesanaku sudah jadi, dan aku memutuskan untuk duduk di tempat sambil menunggu temanku. Lalu Mas penjaganya basa basi ngajak ngobrol.

Pertama tanya kenapa aku datang sendiran, akupun menjelaskan seadaanya. Kedua tanya suka minum Quikcly apa enggak? (pertanyaan ini sungguh janggal, kalau aku nggak suka kenapa aku beli? dan kenapa aku juga punya kartu stamp setiap pembelian, dan itu hampir penuh terisi kalau aku nggak suka minum Quickly?). Sebenernya kalau dilihat dari mukanya, Mas ini itungannya terlalu keren untuk jadi penjaga gerai Quickly  di Mall yang baru buka ini, dan kalau dari logatnya dia bukan orang Jawa. Setelah basa-basi, tiba-tiba Masnya melipat kedua tangannya di atas meja dan menaruh dagunya di atas lipatan tangannya itu dan berkata :

"Saya nggak suka Mbak kerja di sini, mana Mallnya sepi yang beli nggak ada, hari ini cuma Mbak yang beli, padahal sudah sore begini"

aku cuma diem dan dalam hati berkata (terus?? apa hubungannya sama aku??)

"Suasananya jauh beda sama tempat saya kerja dulu"

iseng aku tanya "Emang dulu kerjanya apa Mas?"

"Saya dulu bartender Mbak, di Hard Rock Bali, trus pindah ke Jakarta. Tapi cuman kontraan Mbak, jadi cuma bentar, di Bali 2 tahun, di Jakarta 1 tahun"

"Kok bisa nyasar sini Mas?"

"Saya orang Medan mbak, dulu ikut ujian masuk Universitas Negri gitu mbak, trus masuk di Udayana Bali. Kuliah deh mbak di sana, semester 4 berhenti, Mama nggak punya biaya Mbak, Papa saya sudah meninggal. Yasudah saya cari-cari kerja saya, pertama jadi tukang besih-bersih toitel, gara-gara bos saya tau bahasa Inggris saya bagus, saya mulai di ikutin pelatihan jadi bartender mbak. Jadilah saya bartender, pas di Jakarta itu kontrak saya habis mbak, bingung saya harus kerja apa. Ternyata pelangan saya yang ngurus Quikcly bagian Indonesia ini Mbak, terus saya ditawarin buat kerja di sini, saya sih iya ajah, daripada nggak dapet kerjaan mbak. Tapi ya itu gajinya nggak sama kayak dulu" raut muka Masnya berubah, melaaaaaas banget.

"Buat ngirim ke Mama ya cukup nggak cukup Mbak, Adek saya masih ada yang SMA, Mama cuma jadi guu SD Mbak"

aku mulai tersentuh deh, sambil terus menyeruput ESku, aku dengerin ajah cerita Mas ini, ternyata hebat juga perjalanan hidupnya.

"Tapi untungnya sih, kalau di sini ini biaya kostnya di bayarin sama bos saya, ya bisa buat tambahan buat ngirim uang ke Mama di Medan"

"Ya lumayan kan Mas, jarang-jarang loh ada bos yang baik gitu" 

mencoba membesarkan hatinya Mas yang nggak aku tau namanya ini.

"Iya sih Mbak, tapi kalau jadi peperjaan saya dulu itu kemungkinan saya bertemu sama orang banyak terus berkembangnya itu lebih besar mbak. Saya juga nggak  mau cuma kayak gini-gini ajah. Saya harus maju mbak"

Masnya mulai menggebu ngomongnya, aku cuma bisa manggut-manggut. Dan kenapa temanku nggak kunjung datang, ESnya udah mau abis, Masnya sudah mulai emosional saat bercerita.

Dan akhirnya Masnya menyadari kalau aku udah mulai ketakutan. Masnya sudah mulai tenang, lalu menawariku minuman gratis sebagai ucapan terimakasih telah mendengarkan ceritanya, aku sudah menolaknya tapi Masnya tetap memaksa, ah rejeki kok ditolak, sikat ajah! hahahaha

*********************************************************************************

Itu salah satu curhatan yang dilakukan orang yang tidak terduga dan di tempat yang tidak terduga, masih banyak curhat-curhat yang dilakukan oleh orang-orang yang sama sebelumnya belum aku kenal sama sekali. Contohnya lagi saat aku membeli Mie Pangsit di depan rumah, Bapak penjualnya cerita tentang betapa susahnya dia mengembangkan usaha Mie Pangsitnya, sehingga selama hampir 20 tahun hidupnya nggak bisa berubah dan tetap menjadi penjual Mie Pangsit keliling, dan pada saat itu aku harus jongkok untuk mendengarkan cerita Bapak itu karena nggak ada kursi, dan dengan hati yang ikhlas meskipun tidak sepenuhnya, aku mendengarkan Bapak itu cerita sambil jongkok dan makan Mie Pangsitnya, serta nyamuk-nyamuk nakal yang gemas, dan menggikiti kakiku, kebetulan saat itu pas jam 9 malam. Aku juga pernah di curhatin Bapak penunggu tas di perpustakaan kampusku, Beliau bercerita betapa bangganya dirinya bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai jenang perguruan tinggi, dan anak-anaknya masuk di PTN, dengan jurusan yang anaknya kehendaki, dan pada saat itu aku harus rela berdiri selama Bapak itu cerita sambil membawa tas berisi Leptop dan beberapa buku tebal, yang sangat berat. Tapi, aku bersykur mempunyai pengalaman seperti ini, aku bisa memetik sebuah hikma dari semua cerita-cerita orang-orang ini, yang kebanyakn mengenai pelajaran hidup. Namun, nggak hanya pelajaran hidup penting yang kadang aku dapat. Tapi curhatan yang membuatku entah harus tertawa, harus diam, atau harus pergi meninggalkan orang tersebut.

Seperti saat aku berada di salah satu XII di Surbaya, aku ke kamar mandi, setelah buang air aku cuci tangan di wastafel, tiba-tiba ada mbak-mbak pembersih toilet datang, dan langsung masuk ke tempat aku membuang air. Pas keluar, aku melihatnya lewat pantulan kaca, mbaknya tersenym dan bilang:

"Tak kira Mbak nggak bisa cara nyiramnya, soalnya di sini sering ada yang abis buang air besar ngggak di siram, soalnya nggak tau caranya nyiramnya. Saya sampek pengen muntah kalau harus siram kotoran orang"

YAKSSS!!!! dan itu adalah curhatan yang paling jorok dalam arti sebenarnya yang pernah aku dengar!

atau ada lagi, kalau ini baru aku alami saat aku bayar kuliah di Bank Mandiri cabang Indosat Kayoon Surabaya, jadi Bank tersebut berada di dalam Galeri Indosat, sesudah aku bayar aku ambil motor di parkiran, dan sebelah motorku ada seperda Onthel, tak lama yang punya datang dan menyapaku.

"Saya tadi habis benerin hape saya mbak, saya pasang lagu-lagu yang bunyi pas telpon itu loh mbak, lah pulsa saya kesedot terus, saya nggak bisa benerinnya. Terus tadi kesini, tapi saya sudah ganti lagu juga sih Mbak, Mbak tau lagunya  Ungu? yang (nyanyi) Percaya padaku ku kan selalu menjagamu hingga akhir waktu menjemputku"

Aku hanya senyum-senyum karena aku nggak tau harus jawab apa, dan Bapaknya nyanyi sambil merem melek serta suara yang lumayan keras. Lalu Bapak itu langsung menaiki sepedanya dan tanpa pamit, langsung meninggalkanku. Dan aku hanya diam, dan berfikir kenapa Bapak itu bisa kayak gitu??

**********************************************************************************
Mungkin muka ini kayak Ibu peri kali ya makanya orang yang bahkan sebelumnya nggak pernah kenal aku bisa spontan cerita panjang lebar gitu. hahahah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar