Selasa, 01 Februari 2011

Parijs Van Java (Paris dari Jawa)

Saat liat caption dari posting ini pasti yang terfikir pertama adalah kota BANDUNG, ya Bandung. Kota Bandung adalah ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota ini pada zaman dahulu dikenal sebagai Parijs van Java (bahasa Belanda) atau “Paris dari Jawa”. Karena terletak di dataran tinggi, Bandung dikenal sebagai tempat yang berhawa sejuk. Hal ini menjadikan Bandung sebagai salah satu kota tujuan wisata. Dan ya benar, sekarang 4 teman dekatku sedang berasa di sana, menikmati liburan akhir semester yang sangaaaaaaaaaaat panjang. Dan salah satu dari temanku yang bernama Fani, memutuskan untuk mengakhiri liburannya di Bandung hari ini, dan 3 lainnya entah kapan mereka akan kembali ke kota Surabaya ini. Hal tersebut yang mendasari aku untuk menulis sedikit pegalamanku mengenai kota Bandung.

Sekitar 6 bulan yang lalu aku juga menghabiskan liburanku di  Bandung selama 1 minggu penuh, sampai sebelum berangkat aku berfikir apa yang akan aku lakuan di sana selama itu. Ya kalau aku di rumah waktu seminggu bukanlah waktu yang lama untuk aku bisa tidur sepanjang hari dan menghabiskan masakan Mama, atau menghabiskan waktu berlama-lama di depan leptop menghabiskan kuota modem. Tapi saat itu di Bandung! bukan di rumah. Kalau kata temen-temenku yang sering ke Bandung, mereka kerasan-kerasan saja bahkan betah, contohnya temanku Fani, bahkan dia pengen pindah ke Bandung hanya dengan modal alasan Bandung dingin (apa nggak ada alasan yang lebih baik untuk dijadiakan alasan yang masuk akal?). Dan dengan menempuh jarak ber kilo kilo gram, oke salah, berkilo kilo meter, aku pun sampai di Bandung, di sana sudah ada salah satu teman kampusku Lely yang sudah menjemputku, dan selama seminggu aku akan tinggal di rumah Lely. Tapi jujur saat aku di Bandung aku nggak berniat untuk pergi kemana-mana, dan jujur di kamar lebih enak dengan bedcover tebal dan obrolan yang menarik dengan Lely membuatku lebih betah berada dalam rumah. Tapi  nggak masuk akal sekali saat aku berada di Kota Kembang ini aku cuma menghabiskan waktu di kamar untuk tidur. 

Hampir semua Mall yang dekat dengan rumah Lely kami datangi, pasar-pasar juga, indomart juga, stasiun juga, toilet umum juga, warung nasi juga, sekolah-sekolah , masjid, WC umum, terminal, rumah Gubenur, oke itu berlebihan. Aku paling suka saat berada di Jalan Riau, tempat semua outlet-outlet di Bandung berjejeran, kenapa aku suka di sana? karena ada otak-otak yang enaaaaaaaaaakkk bangeet!! (setidaknya enak menurutku sendiri). Aku dua kali dalam seminggu itu ke Jalan Riau, untuk berbelanja? BUKAN! aku beli otak-otak!! Sungguh enak sekali otak-otak itu. Saat malam hari Dago juga oke. Banyak hal unik di Bandung, bahkan aku menemukan hal unik ini di Bandung

Tulisan di salah satu gerobak cireng di Bandung

perhatikan!! "TERIMA PESANAN H + 1" bagaimana bisa pesen H+1 yang ada udah abis atuh acanya kang kasep .
unik sekali bukan?


Kalau boleh aku jujur (lagi) belanja di Mall-Mall 'begaol' sana-sini kurang aku sukai, menjadi gaul bukan berarti aku harus berlama-lama berada di Mall, berbelanja sana sini. Kalau aku bilang biarkan otakku yang bergaul. Itu yang menyebabkan saat aku di Bandung aku lebih suka berada di rumah dan ngobrol bareng  keluarganya Lely, atau sekedar pergi ke Carefour untuk membeli kebutuhan di rumah. Tapi Bandung aku akuin KEREN dari segi cowok-cowok gantengnya (bahkan penjul batagorpun ganteng loh!) aku (sangaaaaaaat) setuju kalau Bandung oke, tapi tidak dengan keadaan lalu lintas dan keadaan jalan raya yang kebanyakan rusak, nggak jauh beda sih sebenarnya sama Surabaya, tapi di Surabaya sedikit rapi lah.


Aku menikmati saat berlibur di Bandung, dengan segala aktivitas yang ada. Sampai tiba hari ke 4 aku di Bandung, saat itu aku berada di Ciwalk Mall yang rada mirip saya PTC kalau di Surabaya (menurutku sih), seharian aku bercanda dengan teman-teman dari Surabaya yang kebetulan kami sudah berjanjian untuk bertemu di Bandung. Hari itu aku bener-bener menikmati segala aktivitas yang ada. Sampai akhirnya ada berita duka datang dari kakak seniorku di kampus, dia meninggal karena penyakit Leukimia yang sudah lama dia derita. Saat itu aku nggak berkomentar apa-apa aku hanya bisa berucap "Kok meninggal se!!!" emosional sekali saat itu. Karena notabennya aku dan Almarhum sudah sangat dekat, Alam nama kakak seniorku di kampus itu. Mas Alam sudah menggantikan peran Kakak laki-lakiku yang selalu sibuk dengan usahanya dan nggak pernah ada waktu untuk bertemu dengan adik-adiknya bahkan untuk sekedar telfon-telfonan kami jarang sekali. Dan dari Mas Alam ini aku mendapatkan sosok Kakak yang selama ini tidak aku temukan dari kakaku sendiri. Sesampai di rumah Lely semua tangisan pecah! Bahkan aku nggak berhenti menangis, aku nggak bisa berbuat apa-apa hanya menangis dan menangis. Ingin sekali saat itu juga aku pulang ke Surabaya aku ingin melihat Mas Alam untuk yang terakhir kalinya, tapi apa daya, tiket kereta untuk kepulanganku sudah kupesan, dan harga tiket pesawat Bandung-Surabaya saat itu hampir 1 Juta, dan aku nggak ada uang pada saat itu. Saat itu aku putuskan untuk tetap di Bandung, dengan segala penyesalan dan kesedihan. Ada sisa 3 hari di Bandung yang harusnya aku manfaatkan sebaik mungkin untuk berlibur, namun hal itu tidak bisa aku lakukan, dan aku tetep kembali berada di dalam rumah dan berlindung di bawah bedcover.

Hal tersebut yang membuatku sampai detik ini merasa ada sesuatu yang terluka dari BANDUNG, kesedihan, ketidak berdayaan, dan ada penyesalan di sana. Aku tidak menyalahkan Bandung, aku hanya tidak suka kenangan saat disana. Dan saat aku menulis ini, kenangan itu kembali berputar, dan berputar. Mungkin, aku akan kembali ke Bandung saat aku sudah bisa mengubah kenangan ini menjadi sebuah cerita indah, bukan air mata.

Oke, aku harus segera bersiap-siap untuk menjemput Fani di Bandara, karena hari ini dia pulang dari .......
BANDUNG. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar